Bali sebagai tuan rumah dari perhelatan G20 menghadirkan kekayaan kearifan lokal Indonesia. Salah satunya desain kubah bambu, yaitu tempat untuk santap siang pimpinan G20 di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali pada tanggal 15 November kemarin.
Selain arsitektur yang bernuansa kesenian lokal, ada pameran yang dihadiri oleh para delegasi acara Konferensi Tingkat Tinggi G20 dan masih banyak fakta lainnya dibalik dari kesenian lokal pada G20. Simak ulasannya dari AlaCASA di bawah ini!

1. Berbahan Material Bambu

Tema dari pemilihan material bambu adalah dari Desa Gianyar untuk pemimpin pemimpin dunia, dan juga sejak dahulu bambu sudah sering digunakan untuk rumah, tempat ibadah, dll. Proses pembuatannya 3 minggu di lapangan dan 2 bulan di Gianyar dengan berbahan 100% bambu.





Karya ini hasil kolaborasi arsitek Rubi Roesli (Biroe Architecture & Interior), Elwin Mok sebagai Visual Creative Consultant (Celcius Creative Lab), Ashar Saputra sebagai pakar perhitungan bambu dari Universitas Gajah Mada (UGM), PCO Pacto Convex dan dibangun oleh pengrajin bambu desa Gianyar, Bali.



2. Berukuran lebih Dari 10 Meter dan Menghadap Langsung Ke Pemandang Laut

Struktur kubah bambu ini setinggi 12 meter, berdiameter 32 meter, dan seluas 800 meter persegi. Dirancang dengan luas dan semegah ini untuk kapasitas 43 kursi. Desain dari ornamen disesuaikan dengan lambang G20 berupa gunungan.




Disaat dunia sudah semakin sintetik, seperti Metaverse, AI, dll, kami mau mengangkat sesuatu yang beda dan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki nilai-nilai yang otentik. – Elwin Mok
Pemilihan lokasi kubah bambu atau kubah bambu ini adalah perintah langsung dari Presiden Jokowi untuk tempat jamuan dengan pemandangan laut.



3. Tidak Hanya Kubah Bambu, Tim yang Sama Juga Membuat Candi Ballroom, Peta Dunia, dan Holding Area

Dengan tim yang sama, Rubi Roesli dan Elwin Mok juga membuat Candi Ballroom dan peta dunia di tengah ruang pertemuan. Ikon peta dunia dibuat spesial menonjol bagi negara yang hadir dalam pertemuan G20.




Holding area juga dibuat spesial dengan tema yang sama menggunakan bambu. Ruangan ini digunakan untuk singgah sana para pimpinan sebelum masuk ke kubah bambu untuk jamuan makan siang.






4. Tidak Permanen dan Akan Dibongkar Kembali
Pembuatan kubah bambu ini memang secara khusus untuk G20. Dibuat ramah lingkungan dan berbahan dasar bambu yang elastis, maka masih bisa dipakai ulang setelah dibongkar dan akan dikembalikan ke desa Gianyar untuk penggunaan kemudian.




5. Sang Arsitek Juga Ikut Jadi Salah Satu Dari Tim Pembangun Sarinah dan JFW 2022

Roesli juga telah menghasilkan karya yang sering kita dengar tempatnya, yaitu Gedung Sarinah yang baru. Dan, baru-baru ini ikut merancang panggung JFW 2022





Selain itu, kesenian lokal yang ditonjolkan pada G20 tahun ini dengan adanya pameran yang terbuat dari plastik daur ulang.

Pameran Kesenian yang Didatangi Petinggi KTT G20

United in Diversity bekerja sama dengan Tri Hita Karana Forum untuk mempersembahkan 20 karya seni dalam bentuk Rotating Sculptures yang dipamerkan di Kura Kura, Bali. Pameran ini ikut disaksikan oleh para delegasi acara Konferensi Tingkat Tinggi G20.



“Constellations: Global Reflections bertujuan untuk mempertegas filosofi hidup khas Bali yaitu Tri Hita Karana,” ujar Lance Fung
20 karya ini dibuat di Bali dan dicetak secara digital di atas kain yang terbuat dari plastik daur ulang kemudian diaplikasikan pada 10 instalasi menyerupai drum yang digerakkan oleh energi matahari.



Dirancang untuk dapat dinikmati di siang atau malam hari, instalasi-instalasi seni ini mengeksplorasi suasana yang tenang dan syahdu, serta melambangkan mercu suar yang mengundang orang dari seluruh dunia untuk bersama melihat karya seni tersebut dan berdiskusi mengenai cara untuk menciptakan masa depan yang lebih kuat dan lebih baik.



Sumber foto: Dok. Rubi Roesli, Elwin Mok, JFW Official, AlaCASA, Kementrian Sekretariat Negara RI, Constellations Global Reflections (CGR), Sarinah, Big thanks to @feberiri
Teks Oleh: Putri Rahma Safhira