Ingatan pada masa kecil kerap terlupakan saat manusia beranjak dewasa. Pada akhirnya, serpihan memori yang dirasakan pada masa itu, sulit untuk diceritakan kembali karena keterbatasan untuk mengingatnya.


Arr. No 16 dan Arr. No 17 oleh Arkiv Vilmansa / CASA Indonesia

Arr. No 16 dan Arr. No 17 oleh Arkiv Vilmansa / CASA Indonesia


Melalui goresan gambar tangan milik putranya, Arkiv Vilmansa menggali kembali ingatan semasa kecil dulu yang ditampilkan pada karya lukisannya. Seniman berujar bahwa kegemaran untuk menggambar yang dimiliki sang anak, seakan mencerminkan kegemaran serupa pada dirinya sewaktu anak-anak. 





Baca juga, 5 Tips Merancang Playground Anak


Dalam pameran tunggal bertajuk Childhood Memories: The Invincible Chapter, Arkiv menampilkan serangkaian koleksi lukisan bertajuk Arr atau singkatan dari nama anak pertamanya, yaitu Arraka. Pameran telah resmi dibuka sejak 8 Desember 2018 hingga 8 Januari 2019 di Can’s Gallery, Tanah Abang yang dibuka oleh Evelyn Halim, Dedy Koswara, dan Katiana Selopranoto.


(Kiri-kanan) Dedy Koswara, Katiana Selopranoto, Evelyn Halim, Arkiv Vilmansa, Inge Santoso, dan Tommy Sutomo / Can's Gallery / IG: @arkivvilmansa

(Kiri-kanan) Dedy Koswara, Katiana Selopranoto, Evelyn Halim, Arkiv Vilmansa, Inge Santoso, dan Tommy Sutomo / Can's Gallery / IG: @arkivvilmansa


Baca juga, Sepuluh Tahun Pameran Seni Rupa Art Jakarta 2018


Arr. No 5 oleh Arkiv Vilmansa / CASA Indonesia

Arr. No 5 oleh Arkiv Vilmansa / CASA Indonesia


Salah satu karya yang digemari seniman adalah lukisan berukuran 120 x 180 sentimeter yang terinspirasi dari karakter Minnie Mouse yang diberi nama Arr. No 5. Lukisan-lukisan pada pameran ini menggambarkan eksperimen Arkiv akan cat akrilik yang telah dimulai sejak tahun 2008. 




Baca juga, Fun! Pameran Ulang Tahun ke-90 Mickey Mouse di New York


Suasana pembukaan pameran Childhood Memories: The Invisible Chapter di Can's Gallery / CASA Indonesia

Suasana pembukaan pameran Childhood Memories: The Invisible Chapter di Can's Gallery / CASA Indonesia


Perjalanan eksplorasi ini terlihat dalam hasil akhir yang tercipta, seperti permukaan yang transparan dan opaque. Sang seniman menganggap hasil yang tercipta ini mencerminkan elemen tangible dan intangible yang dapat diasosiasikan dengan samar-samarnya sebuah ingatan pada masa kecil.



(Kiri-Kanan lalu atas-bawah) Arr. No 30, Arr. No 27, Arr. No 32, Arr. No 31, Arr. No 29, Arr. No 28 oleh Arkiv Vilmansa / CASA Indonesia


Arr. No 37, Arr. No 34, Arr. No 35, Arr. No 36 oleh Arkiv Vilmansa menampilkan permukaan akrilik yang transparan / CASA Indonesia

Arr. No 37, Arr. No 34, Arr. No 35, Arr. No 36 oleh Arkiv Vilmansa menampilkan permukaan akrilik yang transparan / CASA Indonesia


Abstraksi memori pada masa kecil tergambarkan dengan curahan warna-warna cerah pada sebagian besar lukisan. Tak luput juga, adanya beberapa lukisan yang hanya memiliki satu warna. Kumpulan lukisan ini memiliki kontur yang terlihat seperti hasil ukiran. Namun, sebenarnya kontur ini merupakan hasil dari proses kompleks serta terdiri dari puluhan lapisan yang diciptakan sang seniman selama tiga sampai empat bulan untuk tiap karyanya. 


Pameran Childhood Memories: The Invisible Chapter di Can's Gallery / CASA Indonesia

Pameran Childhood Memories: The Invisible Chapter di Can's Gallery / CASA Indonesia


Foto Teaser: Pameran Childhood Memories: The Invisible Chapter di Can's Gallery / CASA Indonesia
Dok. CASA Indonesia, Can's Gallery, Arkiv Vilmansa